Infrastruktur Darurat PMI: Membangun MCK dan Akses Air Bersih dalam 24 Jam Pertama

Bencana alam seringkali melumpuhkan total fasilitas publik dan rumah tangga, membuat para penyintas rentan terhadap krisis kesehatan sekunder. Palang Merah Indonesia (PMI) memandang penyediaan akses sanitasi dan air bersih sebagai bagian tak terpisahkan dari Infrastruktur Darurat yang harus dibangun dalam 24 jam pertama respons bencana. Akses cepat terhadap Mandi, Cuci, Kakus (MCK) dan air bersih bukan hanya soal kenyamanan, tetapi merupakan upaya mitigasi krusial untuk mencegah wabah penyakit menular, seperti diare dan kolera, yang dapat menyebar dengan cepat di lingkungan pengungsian yang padat. Oleh karena itu, mobilisasi tim Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) PMI segera setelah tim evakuasi bergerak adalah prosedur standar.


Komitmen PMI dalam mendirikan Infrastruktur Darurat secara kilat didukung oleh logistik dan personel yang siaga 24 jam. Pada kasus bencana banjir bandang yang terjadi di sebuah Kabupaten di Jawa Barat pada hari Sabtu, 15 Juli 2025, misalnya, Tim Respon Cepat (TRC) PMI tiba di lokasi pengungsian sementara di area Lapangan Sepak Bola Desa Sukamaju pada pukul 14.00 WIB, atau kurang dari 6 jam setelah kejadian. Tim ini segera melakukan asesmen lokasi untuk mengidentifikasi sumber air terdekat yang dapat diolah atau titik penyaluran air bersih yang aman. Penilaian awal menunjukkan ada sekitar 750 pengungsi di lokasi tersebut. Berdasarkan standar minimal kebutuhan dasar, setiap pengungsi setidaknya membutuhkan 7 liter air per orang per hari pada tiga hari pertama.

Untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut, Tim WASH PMI mengerahkan dua unit Water Treatment Unit (WTU) atau unit pengolahan air bergerak, yang mampu mengolah air permukaan atau air sumur yang tercemar menjadi air bersih layak pakai. Bersamaan dengan itu, dua unit mobil tangki air berkapasitas masing-masing 5.000 liter dikerahkan untuk mendistribusikan air siap pakai dari sumber yang sudah teruji. Seluruh proses ini membutuhkan koordinasi erat dengan Koordinator Klaster Logistik BPBD dan petugas keamanan yang bertugas. Sebanyak 8 personel gabungan dari PMI dan 4 personel Bhabinkamtibmas Polsek setempat bertugas mengamankan dan mengatur antrian distribusi air bersih, memastikan proses berjalan tertib hingga pukul 21.00 WIB malam itu.

Selain air, pembangunan Infrastruktur Darurat berupa fasilitas MCK juga menjadi prioritas. PMI menerapkan standar rasio internasional, yaitu 1 unit jamban untuk maksimum 20 orang pengungsi. Berdasarkan jumlah pengungsi 750 jiwa, target pembangunan MCK adalah 38 unit. Mengingat keterbatasan waktu, tim PMI, dibantu oleh relawan lokal, berhasil mendirikan 20 unit jamban darurat (toilet portabel dan/atau MCK shelter darurat) dalam waktu 24 jam pertama, tepatnya selesai pada Minggu pagi, 16 Juli 2025, pukul 10.00 WIB. Pembangunan ini juga memperhatikan jarak aman fasilitas sanitasi—minimal 30 meter dari sumber air bersih untuk mencegah kontaminasi—dan menyediakan bilik terpisah untuk laki-laki dan perempuan demi menjaga privasi dan martabat penyintas. Ini merupakan langkah preventif yang menunjukkan bahwa pembangunan Infrastruktur Darurat oleh PMI tidak hanya berorientasi pada kecepatan, tetapi juga pada standar kesehatan dan kemanusiaan yang tinggi.

Posted in PMI