Dalam kondisi pasca bencana, di mana komunikasi sering terputus dan struktur sosial porak-poranda, informasi yang akurat adalah komoditas yang paling berharga. Lebih dari sekadar tempat bernaung, posko Palang Merah Indonesia (PMI) bertransformasi menjadi pusat manajemen data yang tidak terpisahkan dari operasi penyelamatan. Peran Krusial Posko PMI sebagai pusat data korban memastikan bahwa upaya pertolongan tidak dilakukan secara acak, melainkan terstruktur, terkoordinasi, dan berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Di meja-meja lipat yang sederhana inilah, informasi mentah dari lapangan diolah menjadi keputusan strategis yang dapat menyelamatkan banyak nyawa, menjadikannya berkah tak terhingga di tengah kekacauan.
Peran Krusial Posko PMI yang pertama adalah Pengumpulan Data Kaji Cepat. Dalam jam-jam pertama setelah bencana, tim kaji cepat (Rapid Assessment) mengirimkan laporan awal ke posko. Data ini mencakup jumlah korban terluka dan meninggal dunia, kerusakan infrastruktur kunci (seperti jalan dan listrik), serta estimasi populasi terdampak. Semua data ini segera dimasukkan ke dalam sistem pendataan digital atau manual posko. Sebagai contoh, pada hari Jumat, 20 Desember 2024, pukul 10:00 pagi, Tim Assessment A-02 PMI melaporkan bahwa 45% rumah di sektor timur mengalami kerusakan berat, yang segera memicu keputusan posko untuk memobilisasi tenda pengungsian dalam jumlah besar ke wilayah tersebut.
Kedua, posko menjalankan Manajemen Data Korban dan Pengungsi. Setiap korban yang diidentifikasi atau setiap individu yang mendaftar di posko pengungsian akan dicatat secara rinci: nama, usia, kondisi kesehatan, dan lokasi terakhir. Hal ini memiliki dua tujuan vital: pertama, memastikan bahwa setiap orang yang membutuhkan bantuan teridentifikasi, dan kedua, mendukung program Restoring Family Links (RFL), yaitu upaya menyatukan kembali keluarga yang terpisah. Peran Krusial Posko PMI ini sering dikoordinasikan dengan aparat pemerintah daerah, seperti perangkat desa atau petugas Dinas Sosial, untuk memvalidasi data dan mencegah duplikasi bantuan.
Ketiga, posko berfungsi sebagai Pusat Logistik dan Kebutuhan. Semua permintaan bantuan dari pengungsian satelit atau dari tim medis lapangan dialamatkan ke posko. Data ini mencakup kebutuhan spesifik, misalnya permintaan 200 liter air bersih, 50 selimut, atau kit obat-obatan tertentu. Peran Krusial Posko PMI adalah menganalisis permintaan ini terhadap stok yang tersedia. Petugas logistik di posko bertugas memastikan bahwa alokasi bantuan didistribusikan secara adil dan berdasarkan tingkat kerentanan, sesuai prinsip kesamaan (Impartiality) PMI. Dokumentasi yang cermat, termasuk tanda terima distribusi yang dicatat oleh petugas relawan, harus diarsipkan untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi kepada para donor.
Dengan adanya fungsi sentralisasi data di posko, PMI dapat bergerak dari sekadar memberi bantuan menjadi pengelola krisis yang efektif. Di balik meja lipat yang seringkali basah karena hujan dan dipenuhi kertas, Peran Krusial Posko PMI membuktikan bahwa data yang akurat adalah fondasi dari setiap tindakan kemanusiaan yang terarah dan berkelanjutan.
