Perundungan (bullying) adalah masalah serius yang merusak iklim pendidikan. Menghentikannya memerlukan lebih dari sekadar nasihat; dibutuhkan Tindakan Tegas dan strategi pencegahan yang terstruktur di seluruh lingkungan sekolah. Keamanan fisik dan psikologis siswa harus menjadi prioritas utama.
Langkah awal adalah menetapkan kebijakan zero tolerance. Sekolah harus secara jelas mendefinisikan apa itu perundungan, termasuk verbal dan cyberbullying. Kebijakan ini harus disosialisasikan secara konsisten kepada siswa, guru, dan orang tua.
Tindakan Tegas harus diwujudkan dalam sanksi yang konsisten dan adil bagi pelaku. Sanksi tidak harus selalu berupa hukuman fisik, tetapi harus memberikan efek jera, seperti pembimbingan khusus atau pelayanan sosial di sekolah. Konsistensi sanksi sangat penting.
Pengawasan harus ditingkatkan, terutama di area ‘rawan’ seperti kantin, toilet, dan koridor yang sepi. Kehadiran guru atau staf yang proaktif di tempat-tempat ini dapat mencegah terjadinya insiden penindasan sebelum berkembang.
Membangun budaya empati dan kepedulian adalah fondasi jangka panjang. Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan karakter anti-perundungan ke dalam kurikulum. Mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan adalah kunci melawan diskriminasi.
Sistem pelaporan harus dibuat mudah dan aman. Sekolah wajib menyediakan wadah anonim (kotak saran atau aplikasi) agar korban atau saksi berani melapor tanpa takut diintimidasi balik. Kerahasiaan adalah jaminan utama.
Tindakan Tegas juga harus mencakup dukungan komprehensif untuk korban. Konseling psikologis segera diperlukan untuk memulihkan kepercayaan diri dan trauma. Sekolah harus bekerja sama dengan psikolog untuk memastikan pemulihan yang optimal.
Pelaku perundungan juga memerlukan intervensi. Program konseling individual harus diterapkan untuk mengungkap akar masalah perilaku agresif mereka. Pendekatan rehabilitatif ini bertujuan mengubah perilaku, bukan sekadar menghukum.
Secara keseluruhan, Tindakan Tegas dalam pencegahan perundungan adalah kombinasi dari kebijakan yang jelas, penegakan yang konsisten, dan budaya sekolah yang suportif. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, lingkungan sekolah dapat diubah menjadi tempat yang aman dan ramah bagi setiap siswa.
